googlef1d469d5fe68ebf6.html BangJoRu: Yamaha Buat Pesaing Honda Cb Verza, Meski Berat Tapi Bukan Tidak Mungkin

Yamaha Buat Pesaing Honda Cb Verza, Meski Berat Tapi Bukan Tidak Mungkin



Halo Brosis

Beberapa waktu lalu senter terdengar jika Yamaha mulai mematenkan desain Yamaha ys 125 dan desas-desusnya motor ini diproyeksikan akan bersaing dengan verza di segmen sport entry level Indonesia.

Memang info ini tidak bisa dibenarkan keabsahannya, terlebih di tengah hingar-bingar new Yamaha nmax, antusiasme untuk info ini jadi seakan tenggelam. Namun jika di terawang dan di cocokan kabar ini juga tidak mutlak bisa dikatakan mustahil.


Hal itu merujuk dari Yamaha YBR 125 yang merupakan pendahulu Yamaha YS 125 ini yang di luar negeri terutama di Negara timur asia dan sebagian Negara Afrika masih menjadi salah satu andalan Yamaha, mengingat di sana memang fungsionalitas, ketangguhan, dan bbm irit adalah nomor satu, nomor 2 nya harga yang murah (mungkin).


Jadi desain paten YS 125 memang bukan sesuatu yang wah, namun apakah jika di telan dan di terapkan mentah-mentah di Indonesia akan selaku dan setenar seperti penjualan di sana, tentu saya rasa tidak demikian mudahnya.

Setidaknya ada 3 hal yang membuat ys 125 akan berat jika menghadapi cb verza,

Desain
Tidak ada yang salah dengan desain ys 125 yang meski masih ada nafas aura motor china dan India, jika bersaing dengan verza sebenarnya bisa saja, namun dengan verza old bukan cb verza. Musabab hal tersebut karena desain ys 125 sebenarnya sudah lewat zamannya desain seperti itu, sama seperti era awal 2010 an yang lagi boomingnya bajaj pulsar dan tvs apache.


Jadi pilihannya Yamaha bisa mengubah desain, meredesign ulang, mengikuti selera pasar, atau tetap gambling dengan desain seperti tersebut, tapi yang perlu diingat konsumen Indonesia itu paling cerewet soal desain.

Mesin
Mesin ys 125 adalah berkubikasi 125 cc, kalaupun masuk Indonesia tentu wajib menaikkan kubikasi menjadi 150cc dan pilihan mesin berpendingin udara dengan kapasitas tersebut hanya ada mesin Yamaha byson.

Masalahnya motor sport entry level ini acapkali digunakan untuk pekerja keras tak jarang juga mesin di siksa dengan boncengan atau muatan besar, kadang juga jadi motor operasional karyawan lapangan BUMN yang sudah pasti untuk urusan service tak jarang hanya (ganti oli) saja dan terkesan asal pakai.


Masalahnya mesin byson berdasar yang pernah saya coba dan dari penuturan beberapa teman mantan user byson serta diamini oleh orang bengkel bukanlah mesin yang durable untuk digunakan kerja ekstra keras dengan perawatan minim.

Mesin byson itu halus nyaman buat touring santai, minim getaran, top speed atas boleh juga. Tapi untuk kerja keras bagai kuda yang cari akselerasi dengan minim perawatan mesin Yamaha byson rasanya masih jauh dari kriteria tersebut.

Kaki-Kaki
Yang agak kelihatan janggal dari Yamaha ys 125 jika dipasarkan di Indonesia adalah bagian kaki-kaki yaitu bagian roda dan velg. Ys 125 menggunakan roda dengan rim 18 inch yang mana di Indonesia bisa dikatakan lingkar roda 18 sudah lama di pensiunkan, kalau tidak salah terakhir digunakan di Yamaha Scorpio dan Ninja SS (belakang doang).


Belum lagi ukuran roda yang immutable depan 275 sedangkan belakang tipikal ceper 100/80, ukuran velg nampaknya tidak lebih dari 185 atau 215. Setidaknya Yamaha wajib mengubah kaki-kaki ys 125 jika dipasarkan di Indonesia, apa jadinya jika cb verza dengan velg 17 lebar 250 (belakang) dan 185 (depan) sudah di bully habis-habisan karena dianggap cungkring dan sebagainya lantas bagaimana jika ada yang lebih kecil dari itu.

Mau Gambling ? Atau Deferensiasi
Rasanya era sport Yamaha dari berbagai lini beberapa tahun belakang juga minim sesuatu yang wah, mesin sama desain di beberapa motor ikonik macam vixion malah mengalami degradasi design.

Apalagi saat ini pangsa sport cenderung stagnan bahkan turun, kalah dengan market matic yang semakin tumbuh tiap tahunnya. Apalagi konsumen sport entry level sebagian besar digunakan untuk harian dan tentu bukan motor ekslusif yang keluar hanya tiap pekan, peminatnya tentu bukan matic mania tapi orang yang butuh motor badak buat disiksa dengan perawatan yang kadang kala hanya sekadar (kalau ingat) saja.


Opsi lain sebenarnya masih ada jika Yamaha mau mencomot mentah2 ys 125 untuk pasar Indonesia yaitu deferensiasi harga, taruhlah dibanderol 17 jutaan besar atau maksimal 18 jutaan yang dimana akan menjadikan sport termurah Jepang di Indonesia, tapi tentunya Yamaha harus keluar dari pakem yaitu “mengcounter harga murah dan gambling dengan kubikasi 125cc”

Last dari segala faktor yang saya jabarkan di atas, tentu segmen sport entry level sebenarnya masih luas pasarnya, mengingat cb verza memang leading tanpa lawan di sport murah tanah air, pangsa pasarnya pun tidak bisa dikatakan kecil setidaknya jika mengacu data 2018 rerata 3000 an sampai 5000 an unit terjual tiap bulannya.

Tengok saja beberapa tahun belakangan angka penjualan verza (belum cb verza) bisa dikata tidak terlalu jauh dengan naked 150cc yang lebih mahal yang diisi new vixion atau ncb, selisihnya hanya 2 ribuan unit saja.

Jadi meski market sport entry level sebenarnya masih potensial bagi Yamaha, asal apa yang di tawarkan menarik tentu setidaknya bukan tak mungkin konsumen akan mempertimbangkannya, dari pada capek-capek modal gede buat mt15 yang gak seberapa laku, hehehe.

Semoga Bermanfaat



1 komentar: