googlef1d469d5fe68ebf6.html BangJoRu: Desember 2018

Review Film Aruna Dan Lidahnya, Kenyang Dan Menarik



Ada yang merindukan Dian Sastro dan Nicholas Saputra dalam satu film, that its , jika iya pun demikian sama dengan saya, tentu saja kali ini keduanya bisa di temui dalam film Aruna dan Lidahnya yang pasti jangan harap keduanya memerankan pasangan couple tapi tentu saja masih dalam hubungan yang menyenangkan yakni persahabatan.

Aruna dan Lidahnya adalah sebuah film adaptasi lepas dari novel dengan judul yang sama karya Laksmi Pamuntjak, jadi jika anda sudah baca novelnya sudah pasti tahu betapa menariknya adaptasi dalam filmnya namun dengan beberapa perbedaan , ya namanya juga adaptasi lepas.

Film ini bercerita tentang Aruna yang diperankan oleh Dian Sastro yang melakukan pekerjaan investigasi wabah flu burung di empat kota yakni Surabaya, Pamekasan, Pontianak, dan Singkawang tentu di samping itu Aruna juga melakukan perjalanan kuliner dari setiap tempat yang di kunjungi.

Di temani dengan sahabatnya Bono (Nicholas Saputra) dan Nad (Hannah al-Rashid) perjalanan nikmat mencicipi makanan yang sudah di rencanakan berubah dan campur aduk bersamaan dengan datangnya Faris (Oka Antara) mantan rekan kerja Aruna.

Seperti halnya rasa sebuah makanan ada asam, pahit, manis, dan kecut begitu pula perjalanan mereka berempat dari kota ke kota yang mereka singgah I selalu saja hal menarik yang dijumpai entah itu tentu pribadi dari masing-masing tokoh sampai hal tak terduga mengenai pekerjaan yang sedang dilakukan Aruna dan Fariz.

Review Pocophone F1, Otak Flagship Banderol Kelas Mid



Halo Brosis

Bagi kebanyakan orang membeli ponsel di atas 6 juta rupiah memang butuh sesuatu yang lebih dari sekadar spesifikasi mumpuni. Setidaknya di rentang harga tersebut calon konsumen sudah memikirkan merk & pride dari merk tersebut, hal ini menyebabkan tidak banyak vendor ponsel yang sukses di rentang harga tersebut karena lebih banyak yang memilih merk ponsel yang sudah mapan seperti Samsung atau merk lain yang sudah punya nama.

Itulah yang di alami oleh xiaomi yang memulai eksis dengan jajaran ponsel murah tapi dengan spesifikasi yang mumpuni. Meski terkenal dengan ponsel berharga terjangkau dengan spesifikasi mumpuni, pun begitu xiaomi memiliki ponsel flagship juga dari seri Mi dan Mix yang sudah pasti harganya juga masuk kelas mid sampai high.

Masalah timbul saat xiaomi akan menjual ponsel flagship-nya terutama di Negara seperti India dan Indonesia yang tentu konsumennya pasti akan berpikir beberapa kali saat membeli ponsel xiaomi dengan harga setidaknya di atas 300 dollar.
Untuk itulah xiaomi menciptakan sub-brand baru yaitu pocophone yang memulai debutnya pertama kali di India 22 agustus lalu dengan pocophone F1, selang 1 pekan kemudian diperkenalkan secara resmi di Indonesia, meski izin sertifikasi perangkat dari kemenkominfo sudah keluar sejak bulan Juli.

Diperkenalkan 27 agustus dan dijual mulai 30 Agustus, nyatanya xiaomi melalui pocophone sukses menggegerkan kembali dunia smartphone. Hal itu tentu tak lepas dari banderol harga pocophone F1 yang hanya 300 USD dollar tapi sudah dilengkapi dengan SoC snapdragon 845 yang merupakan SoC kelas flagship tahun ini yang lazim ditemui di ponsel seharga belasan juta rupiah.