piece v |
Halo Brosis
Tidak seperti awal tahun
2000 an sampai akhir 2010 an, motor sport fairing khususnya cc kecil di
Indonesia saat itu terbilang sedikit. Tercatat hanya ada beberapa nama fxr, cbr
150, dan kawasaki ninja rr, bahkan fxr hanya seumur jagung di Indonesia,
sedangkan cbr 150 saat itu masih impor dan harganya mahal.
Bisa di bilang antara tahun
2000 sampai 2010 an motor jepun fairing cuma kawasaki yang sudi jualan ninja rr
dan memproduksi di Indonesia sampai pensiun 2 tahun lalu. Saat itu sport
fairing merupakan motor langka, kalau di jalan ketemu 1 atau 2 dijamin langsung
jadi pusat perhatian.
Mahalnya motor sport fairing
cc kecil, seakan sukses di baca oleh beberapa pabrikan non jepun seperti
Minerva atau pabrikan lokal Happy salma yang kala itu meroket namanya berkat
jualan motor sport fairing murah.
Yang legend tentu minerva r150 yang desainnya copas cbr 150 thailand, happy masih mending sedikit ada
improvisasi dengan motor yang diberi nama “swift” kalau nggak salah loh, ada
juga motor happy masterpiece yang dibekali dua muffler knalpot,
Dengan desain plek cbr mesin
150 cc ala kadarnya minerva r 150 sukses besar di Indonesia, lah gimana nggak
sukses dengan desain copas cbr harganya nggak sampai 2o juta, karena minerva mx
150 ini pula pamor cbr 150 karbu di Indonesia menjadi rusak, lah gimana banyak
owner cbr 150 saat itu motornya di kira minerva, wkwkwk.
jujur siapa yang tak "tergiur" liat motor seperti ini tapi harga setara bebek |
Tidak berhenti sampai di
situ, minerva kemudian menggelontorkan beberapa model yaitu mx200 yang
desainnya ngeplek cbr 125, kemudian minerva 150 vx yang sedikit agak cakep dan
sukses juga di pasaran , kemudian vx facelift di 2013 kemudian rx150 yang
keduanya malah jarang terlihat (kurang laku mungkin)
Begitu juga dengan happy
pasca swift 200, ada model nexium yang mirip2 cbr 125, itu 2 merk yang lumayan
terkenal di jawa timur, sebenarnya masih ada lagi macam pabrikan viar dan
kaisar yang juga jualan sport fairing murah.
Istilah sederhananya waktu
itu adalah
“daripada modif motor naked jadi fairing yang sudah pasti mahal dan hasilnya belum tentu bagus, pabrikan macam minerva, happy, viar,kaisar menawarkan motor pure sport fairing tapi dengan harga terjangkau”.
mesinnya tampangnya angker |
Engine Kelemahan Terbesar
Saat itu satu persamaan dari
motor-motor fairing murah saat itu adalah mesin yang di pakai, semua memakai
mesin sohc generasi Gl atau yang acap kali di kenal kaizen. Mesin yang terkenal
dengan pendingin angin semilir alias udara ini, dimotor non jepang di tambahkan
oil colled sebagai pendingin.
Mesin gl series ini
sebenarnya cukup bandel, dan (ekonomis) akan tetapi memiliki kelemahan laten
yaitu peforma yang pas-pasan, dan itu tidak hanya di motor non Jepang motor
macam honda yang bisa dibilang “katam” dengan mesin ini pun juga demikian. Cara
satu2 nya memaksimalkan mesin model ini tentu dengan modif seperti stroke up,
bore up, modif noken dan lain sebagainya, itupun dengan “konsekuensi” daya tahan mesin berkurang.
Lantas kok dibilang
kelemahan, ehhm begini sob, motor dengan mesin sohc gl series yang blok nya ada
sirip2 untuk memaksimalkan hembusan angin ini sebenarnya “haram” untuk digunakan
di motor fairing, kenapa? Meski masih
menjadi polemik, motor fairing dengan mesin model begini sangat minim untuk
memperoleh hembusan angin dari samping maupun depan, alhasil rawan overheat.
Sebagai contoh fxr saja yang
mesin dohc dengan oil colled sebagai pendingin, plus dibantu blok cylinder yang
masih model sirip untuk memaksimalkan hembusan angin masih keukeh dengan bikini
fairing toh.
Meski begitu ada minerva rx
150 yang memakai mesin non gl series, dimana secara kasat mata saja ini mesin
tampilannya cakep atau sangar untuk ukuran sohc, akan tetapi ya begitu sob,
bisa di tebak masih jauh dari kata “memuaskan” untuk ukuran sport 150 cc
fairing.
2011, honda mulai genderang |
Sport Fairing Jepang Muncul
Seakan kue empuk sport
fairing tak rela di ambil pabrikan lain, honda dan yamaha yang merupakan market
leader di tanah air merespon. Honda memulai dengan cbr 150 injeksi di tahun
2011, meski harganya masih mahal, tapi setidaknya konsumen di beri pilihan “ini
loh sport fairing kami”, dan terbukti cbr 150 sukses, meski dibanderol 33
jutaan saat itu.
Kemudian di 2014 yamaha
menyusul dengan r15, meski agak telat, ternyata hal itu memancing honda juga
melokalkan cbr 150 yang saat itu diberi nama k45. Minerva sempat merespon juga
dengan rx 150, yang lagi2 desainnya copas, kali ini yamaha r125 jadi korban
copas minerva.
Setelah itu bisa ditebak,
sport fairing murah non jepang perlahan mulai di tinggalkan penggmarnya,
minerva ? entah bagaimana nasibnya saat ini, sedangkan pabrikan lain seperti
happy mulai beralih ke segmen lain, dan viar saat ini mulai serius di motor
niaga dan trail.
siapa pioner upside down di 150 cc Indonesia, wkwkwk (image) |
Konsumen Mulai Sadar
Ya kemungkinan sebagian
besar rider mulai sadar sport fairing murah pabrikan non jepang macam minerva
dan sejenisnya sepertinya bukan pilihan menarik lagi. Memang desain bisa
bersaing, tapi soal peforma dan aftersales kalah telak dari pabrikan jepang
yang sudah mapan.
Sampai pada puncaknya saat
ini sport fairing 150-200 cc Jepang masihlah jadi pilihan utama meskipun
harganya saat ini sudah di atas 30 juta (kecuali gsx, hehehe), dan pabrikan
seperti minerva sudah jarang sekali terdengar.
Begitu pula dengan kondisi
motornya yang dulu moncer, kini rupanya banyak yang gak karuan, tengok saja
motor seperti minerva mx 15, r150 vx, dan dari pabrikan lain sejenis.
Bahkan di pasar mokas, motor
seperti ini pada di jual murah2, entah memang pemiliknya sudah bosan atau malu
atau kurang pede bersanding dengan motor2 saat ini, rata-rata pada di jual
murah bahkan cenderung asal laku, kalau bjr sih tertarik beli terus swap engine
motor lain, satria fu mungkin, hehehe.
sayang "tak semurah" pendahulunya |
Last sebenarnya kehadiran
sport fairing terjangkau waktu itu adalah sebagai “alternatif” sekaligus
sebagai tamparan dan pecutan buat pabrikan jepang karena saat itu tak kunjung jualan
sport fairing. Akan tetapi persaingan memang kejam niatnya sih memberi tamparan
buat pabrikan jepang tapi balasannya “langsung dibunuh”, hehehe, sekali lagi
konsumen yang menentukan.
Semoga bermanfaat.
Dulu sempet tertarik sama Minerva, sekarang mending beli second jepun punya udah lumayan lah.
BalasHapus